Cerita ini terjadi sembilan bulan yang lalu.
Pada suatu ketika aku bertemu dengannya disaat keadaan sedang memburuk dan ingin ku bawa dunia hancur bersamaku. Dia... tak tau mengapa diantara puluhan orang hanya dia yang menarik hatiku saat itu. Dengan radarku ku temukan dia. Penampilan urakan, baju tak karuan tapi aku tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Tapi sejak saat itu aku tau mencintainya akan membuatku sakit, entah karena hal apa aku bisa berfikir seperti itu. Perkenalan yang cukup singkat dan itu aku yang memulainya tak tau kenapa aku sangat penasaran dengan pria yang kalau dilihat sekilas dari covernya "The Kill in The Ku Mell". Tidak sampai satu bulan kami berdua pacaran, waktu yang sangat singkat untuk memutuskan hal itu. Karena aku merasa nyaman ada di dekatnya, dipeluknya dan diperhatikannya. Usia satu bulan pacaran hubungan kami mulai mengalami masalah, saat itu dia sakit dan diharuskan opname di rumah sakit. Tablet yang sekaligus jadi handphone nya tertinggal di kamar kontrakanku, aku melihat sisa sms dari mantannya, inti nya sih ngajak ketemuan. Awalnya aku biasa saja, tapi saat aku melihat tanggalnya itu adalah tanggal dimana aku sudah berpacaran dengan dia. Dia berargumen bahwa itu hanyalah silahturahmi. Tapi setauku tidak ada mantan yang bisa jadi sahabat, itu hanyalah tindakan seorang PECUNDANG. Aku diam karena saat itu dia sedang sakit
Yang aku fikirkan saat itu bagaimana agar dia cepat sembuh. Dan yang terpenting dia harus melewati masa kritisnya. Saat itu dokter mengatakan bahwa dia harus transfusi darah sebelum lewat jam 4 sore,sedangkan dokter tersebut mengatakannya tepat jam 2 siang. Jadi intinya kami hanya memiliki 2 jam untuk menolongnya. Entah apa yang difikirkan anggota keluarganya, mungkin ini dianggap sepele. Semua yang memiliki kendaraan sedang tidak ada di rumah sakit. Sedangkan aku harus kuliah untuk mengikuti ujian tengah semester. Tapi aku fikir aku akan menyesal bila semua terlambat tanpa pertolongan. Aku kesana kemari untuk mencari darah yang tidak sedikit jumlahnya. Hampir semua teman di contact aku hubungi untuk membantuku. Saat itu aku kesal, aku marah, bahkan kepada Tuhan. Sebuah pertanyaan yang ada dalam benakku,"Mengapa begitu cepat Tuhan akan mengambil kebahagiaan dalam hidupku?" seperti yang diketahui, baru sebulan aku merasakan duniaku terasa cerah kembali setelah mengenal dia. Tapi apa yang ku alami sekarang semua terasa sementara. Aku berdoa, aku menjerit pada Tuhan! biarkanlah dia tetap hidup, dia masih muda dan masih banyak orang yang menyayanginya. Setelah semua darah tercukupi, akhirnya dia keluar dari masa kritisnya. Beberapa jam kemudian dia meminta kepada ibunya untuk dibelikan pulsa. Aku sempat bertanya-tanya dalam hatiku untuk apa dia membeli pulsa sedangkan dia harus beristirahat di ruang ICU. Tapi aku berfikir positif mungkin saja dia ingin menghubungiku saat ada di dalam sana. Setelah jam besuk tiba, aku bergegas memasuki ruangan tersebut setelah menahan rindu karena berhari-hari aku hanya bisa menunggunya siang dan malam di halaman teras depan kamar ICU nya. Aku datang dan dia menyambutku dengan senyuman. Tidak berselang beberapa lama dia minta diambilkan hp nya, setelah itu aku ambilkan dan apa yang terjadi, dia langsung memasukkan hp nya tersebut ke dalam selimut! penuh misteri fikirku. Tanpa fikir panjang aku rebut hp nya dan benar tidak berselang beberapa lama ada sms masuk dari mantannya lagi. Jujur aku sedih mengetahui hal tersebut. Untuk mengingatnya saja aku tak sudi! Sepanjang malam aku tidur di luar ditemani angin dan bintang melata seperti cicak dan juga beberapa nyamuk yang ada di lobi rumah sakit. Badanku kedinginan menanti pagi untuk menyuapinya sarapan. Tapi apa yang dia balas semuanya tak memiliki hati! Sempat berfikir untuk meninggalkannya mumpung belum jauh hubungan ini berjalan. Aku trauma dengan sebuah PERSELINGKUHAN karena tidak ada satu kekurangan pasangan yang pantas dibalas dengan sebuah perselingkuhan. Meskipun itu belum menjadi perselingkuhan tapi harum busuknya sudah tercium dan akhirnya aku putuskan untuk meninggalkan dia di rumah sakit karena aku fikir tugasku sudah selesai, sudah ada keluarganya yang menunggu. Aku pergi meninggalkan tempat itu. Beberapa menit kemudian, ibunya menelepon dan menanyakan keberadaanku, aku tak tega melihat ibunya dan aku pun kembali. Setelah kejadian itu sampai sekarangpun begitu terlihat jika dia masih memperdulikan aktifitas mantannya itu. Mungkin karena malu atau apalah, foto kronologi bersama denganku disembunyikannya setelah mantannya itu meminta pertemanan di facebooknya. Aku sadar aku ini siapa, aku hanya menunggu saat itu, saat dimana semua akan terjawab, "apakah aku harus maju terus atau berhenti?" Aku muak dengan keadaan dimana aku tidak dihargai pasangan dan menganggap orang lain lebih berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar